Kecamatan petungkriyono merupakan suatu daerah yang memiliki karekteristik alamnya yang masih alami landscape alam dan budaya yang unik, petungkriyono terletak di sisi utara dataran pegunungan dieng (Dieng plateu), yang secara posisi geografis merupakan dataran penghubung antara jalur utara dan selatan di pulau jawa.
Sebagai langkah awal setelah penyiapan masyarakat (social preparation) oleh Lembaga Komuniti Forestri adalah pembangunan sarana dan prasarana yang meliputi pembangunan 2 unit bentar (pintu gerbang), 4 jungle house, 4 unit homestay, 2 unit campngground dan 2 unit gardu pandang, serta pendopo, kesemuanya adalah bukti keseriusan Komuniti Forestri dengan Pemerintah Daerah dalam mengusung Ekowisata petungkriyono sebagai salah satu icon pariwisata berbasis alam di Jawa tengah khususnya di Pekalongan.
Penyiapan masyarakat mulai dari sosialisasi dan kesiapan kelembagaan sudah terbentuk di tiap titik interestnya, ada 4 kelompok masyarakat yang mengelola ekowisata, yang kesemuanya berkerja sama dengan Pemerintah Daerah, LSM Komuniti Forestri, Perhutani, Masyarakat. Hasil kerjasama antar lembaga antara lain tentang pembagian peran di setiap lembaga” siapa berperan apa” pada hal ini LSM Komuniti Forestri sebagai inisiator mempunyai peran menyiapkan masyarakat baik dalam kelembagaan maupun kesiapan masyarakat secara umum, Pemerintah daerah meneyediakan sarana dan perasarananya, dan perhutani berperan sebagai penyedia lahan, sementara masyarakat selain sebagai pelaku juga secara swadaya menyaiapkan lahannya untuk pembangunan homestay
Hasil dari peroses peran diatas kemudian di tuangkan dalam kesepakatan bersama dengan pembagian hasil dimana Pemerintah Daerah 15%, LSM Komuniti Forestri 15 %, Perhutani 15%, dan Kelompok pengelola mendapatkan 55%.
maju terus ekowisata petungkriyono...
BalasHapusperlu peningkatan pendampingan terhadap masyarakat berkaitan dengan kesadaran terhadap alam lingkungan kehutanan di petungkriyono...
BalasHapusapakah ini sudah dilakukan?
Yang penting pelaku wisata yaitu masyarakat sekitar, pengelola, dan tempat wisata harus siap terhadap tamu, harus dibudayakan SENYUM, SALAM, SAPA. Jangan sampai terjadi belum apa2 tamu yang datang sudah dipalak sana-sini. Ingat promosi dari mulut ke mulut dapat membuat citra baik tidaknya suatu obyek wisata, dan sebaik apapun suatu tempat wisata, tidak akan membuat seseorang mau datang ke tempat itu jika tamu yang akan datang merasa tidak aman dan nyaman, pelaku pariwisata tidak profesional dalam pengelolaan.
BalasHapusfoto kapan tuh... lihatlah sekarang, mubadzir
BalasHapus